MEDAN: Sebuah pesawat angkut angkatan udara Indonesia yang membawa personel militer dan keluarga mereka menabrak lingkungan di kota Medan terbesar ketiga di negara itu tak lama setelah lepas landas, menewaskan puluhan orang.

Tayangan televisi menunjukkan puing-puing pesawat Hercules C-130 yang hancur, mobil yang terbakar dan bangunan rusak yang menurut media lokal baru saja dibangun dan berisi spa, toko, dan rumah. Asap mengepul dari lokasi tersebut dan beberapa ribu orang berkerumun di dekatnya. Tim penyelamat bergegas mencari puing-puing, mencari korban yang selamat.

Panglima TNI Marsekal Udara Agus Supriatna mengatakan 49 jenazah berhasil ditemukan dan dibawa ke RS Adam Malik Medan. Dia mengatakan kecil kemungkinannya akan ada orang yang selamat.

Manifes pesawat menunjukkan ada 50 orang dalam penerbangan dari Medan ke rangkaian pulau terpencil Natuna, menurut Kapolda Sumut Eko Hadi Sutedjo, namun jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi.

Supriatna mengatakan ada 12 awak dan lebih dari 100 penumpang di pesawat sebelum mencapai Medan di Sumatera, salah satu pulau utama di Indonesia. Perjalanan dari ibu kota Jakarta dan singgah di dua tempat sebelum tiba di Medan. Angkatan Udara sedang mencoba menentukan berapa banyak orang yang turun atau naik selama perjalanan ini.

Banyak penumpang adalah keluarga personel militer. Di Indonesia, negara kepulauan yang luas dan mencakup tiga zona waktu, adalah hal yang lumrah untuk menggunakan pesawat militer untuk mencapai tujuan yang terpencil.

Indonesia memiliki catatan keselamatan penerbangan sipil yang buruk dan angkatan udaranya yang kekurangan uang juga mengalami serangkaian kecelakaan. Antara tahun 2007 dan 2009, Uni Eropa melarang maskapai penerbangan Indonesia terbang ke Eropa karena alasan keamanan. Bencana penerbangan sipil terbaru di negara ini terjadi pada bulan Desember, ketika sebuah jet AirAsia dengan 162 orang di dalamnya jatuh di Laut Jawa dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura. Ada lima kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Angkatan Udara sejak tahun 2008, menurut Aviation Safety Network, yang melacak bencana penerbangan.

Jatuhnya pesawat angkut yang beroperasi sejak 1964 itu terjadi tak lama menjelang tengah hari dan hanya dua menit setelah lepas landas dari Pangkalan TNI AU Soewondo.

Supriatna, Panglima Angkatan Udara, mengatakan pilot mengatakan kepada menara kendali bahwa pesawat harus mundur karena masalah mesin.

Pesawat jatuh saat berbelok ke kanan untuk kembali ke bandara, ujarnya.

Warga Medan, Fahmi Sembiring, mengaku melihat Hercules abu-abu terbang sangat rendah saat berkendara.

“Api dan asap hitam keluar dari pesawat di udara,” ujarnya.

Sembiring mengatakan dia berhenti tidak jauh dari lokasi kecelakaan dan melihat beberapa orang diselamatkan oleh polisi, penjaga keamanan dan orang-orang di sekitar.

Pria lainnya, Janson Halomoan Sinagam, mengatakan beberapa anggota keluarganya berada di dalam pesawat saat meninggalkan Medan.

“Kami hanya ingin tahu nasib mereka,” katanya sambil menangis kepada MetroTV. “Tetapi kami belum menerima informasi apa pun dari rumah sakit.”

Kecelakaan C-130 ini merupakan kali kedua dalam 10 tahun terakhir sebuah pesawat jatuh di kawasan Medan. Pada bulan September 2005, sebuah Boeing 737 Mandala Airlines jatuh di kawasan pemukiman padat tak lama setelah lepas landas dari Bandara Polonia Medan, menewaskan 143 orang, termasuk 30 orang di darat.

Medan, dengan jumlah penduduk sekitar 3,4 juta jiwa, merupakan kota terpadat ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.

Di Twitter, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan dia dan keluarganya menyampaikan “belasungkawa yang tulus” kepada keluarga para korban.

Setelah tanggap darurat selesai, pemerintah akan menilai usia pesawat angkatan udara dan peralatan penting militer lainnya, katanya.

Analis penerbangan Gerry Soejatman mengatakan banyaknya kecelakaan non-fatal yang melibatkan pesawat angkatan udara tahun ini mengkhawatirkan dan mengindikasikan bahwa mungkin ada kekurangan di bidang-bidang seperti pelatihan.

Sebelumnya, catatan keselamatan Angkatan Udara dirusak oleh rendahnya jam terbang dan kekurangan suku cadang akibat larangan AS terhadap penjualan alat pertahanan ke Indonesia, namun situasi tersebut tidak lagi berlaku dengan pencabutan pembatasan tersebut lebih dari lima tahun yang lalu.

>>Klik di sini untuk membaca postingan pertama

uni togel