Pesawat Malaysia Airlines tujuan Beijing yang hilang tidak dapat dilacak pada hari keempat pada hari Selasa, bahkan ketika Interpol mengesampingkan keterlibatan teroris di balik insiden tersebut.
Saat operasi pencarian multinasional berlanjut pada hari Selasa, Angkatan Udara Tiongkok mengirimkan dua pesawat militer untuk memperkuat operasi pencarian.
Pesawat itu lepas landas dari kota Sanya di Tiongkok selatan di provinsi Hainan, lapor Xinhua, mengutip Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok.
Mereka terbang di atas air selama tiga jam pada Selasa sore dan mencari di mana pesawat kehilangan kontak, menurut kementerian.
Penerbangan Malaysia Airlines MH370 dengan 239 orang di dalamnya hilang tanpa jejak sekitar satu jam setelah lepas landas dari Kuala Lumpur Sabtu pagi. Boeing 777-200ER diyakini jatuh di Laut Cina Selatan di lepas pantai Vietnam.
Pesawat lepas landas dari Kuala Lumpur pada hari Sabtu pukul 12:41 dan dijadwalkan mendarat di Beijing pada pukul 06:30 hari yang sama. Sebanyak 227 penumpang dalam penerbangan tersebut termasuk lima warga negara India, 154 warga Tiongkok, dan 38 warga Malaysia.
Kontak dengan pesawat tersebut hilang bersama dengan sinyal radarnya pada pukul 02.40 hari Sabtu saat pesawat tersebut terbang di atas kawasan lalu lintas udara Ho Chi Minh di Vietnam.
Pada pukul 15.00 pada hari Selasa, lima kapal Tiongkok, termasuk dua kapal perang, tiba dan melakukan operasi pencarian di perairan tersebut, namun tidak ada puing atau benda yang diduga ditemukan di bawah air atau di permukaan air.
Tiga kapal Tiongkok lagi diperkirakan akan bergabung dengan tim pencarian antara Selasa sore hingga Rabu pagi.
Lusinan kapal dan pesawat dari sekitar 10 negara sedang mencari di perairan sekitar lokasi terakhir penerbangan MH370 yang diketahui, namun sejauh ini belum ada petunjuk pasti yang ditemukan.
Sementara itu, kepala badan kepolisian internasional Interpol pada hari Selasa mengesampingkan serangan teroris di balik hilangnya jet penumpang tersebut.
“Semakin banyak informasi yang kami peroleh, semakin besar kecenderungan kami untuk menyimpulkan bahwa kejadian tersebut bukanlah insiden teroris,” kata Ronald K. Noble, kepala Interpol di Lyon, seperti dilansir Xinhua yang mengutip media lokal.
Dalam perkembangan lainnya, salah satu dari dua penumpang pesawat Malaysia Airlines yang hilang dan melakukan perjalanan dengan paspor curian telah diidentifikasi sebagai warga negara Iran, kata Inspektur Jenderal Polisi Malaysia Khalid Abu Bakar pada hari Selasa.
“Pemuda berusia 19 tahun itu diidentifikasi sebagai Pouria Nour Mohammad Mehrdad dan tujuannya adalah Frankfurt, Jerman,” kata Abu Bakar yang dikutip Malaysian Star.
“Saat dia tidak datang, ibunya menghubungi pihak berwajib. Dia mengetahui dia menggunakan paspor curian,” tambahnya.
Polisi masih menyelidiki identitas tersangka kedua yang melakukan perjalanan dengan paspor curian dan belum mengaitkan remaja Iran tersebut dengan aktivitas teroris apa pun.
Sementara itu, Malaysia Airlines mengatakan dalam pembaruan situs web pada hari Selasa bahwa tim pencarian dan penyelamatan telah diperluas melampaui jalur penerbangan ke semenanjung barat Malaysia di Selat Malaka.
“Pihak berwenang sedang menjajaki kemungkinan adanya upaya MH370 kembali ke Subang. Semua sudut dilihat. Kami tidak mengesampingkan segala kemungkinan,” katanya.
“Misi tersebut dibantu oleh beberapa negara yaitu Australia, China, Thailand, Indonesia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Amerika Serikat. Aset yang dikerahkan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan sangat banyak,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa selain pencarian di laut, pencarian juga dilakukan di darat di antara wilayah tersebut.
Menurut pihak maskapai, pesawat B777-200 yang mengoperasikan penerbangan MH370 menjalani perawatan pada 23 Februari tahun ini, 12 hari sebelum penerbangan khusus tersebut pada 8 Maret, dan tidak ada masalah dengan kesehatan pesawat. Cek berikutnya jatuh tempo pada 19 Juni tahun ini.