PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA: Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon telah memerintahkan penyelidikan atas kekerasan selama protes minggu ini di luar pangkalan penjaga perdamaian PBB di Mali utara yang menyebabkan sedikitnya tiga pengunjuk rasa tewas dan beberapa lainnya terluka.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan Ban “menyesalkan insiden” selama protes hari Selasa di Gao dan memerintahkan penyelidikan untuk menentukan faktanya. Dia mengatakan PBB akan bekerja sama dengan semua pihak dalam penyelidikan.

Olivier Salgado, juru bicara misi PBB di Mali, mengatakan para pengunjuk rasa berbaris ke pangkalan penjaga perdamaian dan mulai melemparkan batu dan bom molotov. Ketika mereka melukai dua petugas polisi PBB, pasukan PBB merespons dengan membubarkan massa, kata Salgado.

David Gressly, wakil perwakilan khusus PBB di Mali, mengatakan pasukan penjaga perdamaian menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan untuk membubarkan protes yang melibatkan sekitar 2.000 orang, namun dua saksi mengatakan kepada AP bahwa mereka melihat pasukan PBB menembak langsung ke arah kerumunan.

Mali Utara berada di bawah kendali kelompok separatis Tuareg dan kemudian kelompok ekstremis Islam yang terkait dengan al-Qaeda setelah kudeta militer pada tahun 2012. Intervensi yang dipimpin Perancis pada tahun 2013 membubarkan kelompok ekstremis tersebut, namun beberapa di antaranya tetap aktif dan terjadi ledakan kekerasan yang terus berlanjut.

Pasukan PBB kini berusaha menstabilkan wilayah utara dan menjadi sasaran para ekstremis dan separatis. Sekitar dua lusin pasukan penjaga perdamaian terbunuh, menjadikan Mali sebagai misi paling mematikan bagi pasukan penjaga perdamaian.

Pembicaraan damai telah dimulai antara pemerintah Mali dan Tuareg, yang menentang otoritas pemerintah yang berbasis di Bamako. Al-Qaeda tidak berpartisipasi dalam diskusi ini.

Gressly mengatakan protes tersebut dipicu oleh bocornya dokumen kerja PBB yang bertujuan untuk menciptakan iklim damai untuk putaran perundingan perdamaian berikutnya di Aljir pada 8 Februari.

Dikatakannya, hal itu hanya dibahas dengan kelompok bersenjata bernama Platform yang pro-pemerintah dan dibocorkan sebelum dibahas dengan kelompok bersenjata separatis yang berpartisipasi dalam perundingan damai, dan dirilis sebagai dokumen resmi padahal sebenarnya tidak.

“Dokumen ini tidak hanya digunakan sebagai propaganda politik, tetapi juga untuk mengacaukan proses perdamaian, dan kami menyesalinya,” kata Gressly kepada wartawan pada Selasa malam.

SDY Prize