CONAKRY: Para pemimpin negara-negara yang dilanda wabah Ebola di Afrika Barat berjanji pada pertemuan puncak di Guinea untuk memberantas virus tersebut pada pertengahan April.
Wabah ini, yang dimulai 14 bulan lalu, telah menewaskan lebih dari 9.200 orang di Guinea, Sierra Leone dan Liberia serta menghancurkan perekonomian dan keuangan negara mereka.
Presiden Guinea Alpha Conde dan rekan-rekannya di Liberia dan Sierra Leone, Ellen Johnson Sirleaf dan Ernest Bai Koroma, menyampaikan janji tersebut kemarin setelah pembicaraan tertutup selama sehari di ibu kota Guinea, Conakry.
Hadja Saran Daraba Kaba, sekretaris jenderal blok Mano River Union yang mengelompokkan negara-negara tersebut, mengatakan presiden mereka “berkomitmen untuk mencapai nihil infeksi Ebola dalam waktu 60 hari, efektif hari ini”.
KTT ini diselenggarakan ketika angka infeksi menurun dengan cepat di seluruh negara, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Guinea dan Sierra Leone tetap menjadi perhatian utama, karena keduanya mengalami peningkatan kasus baru yang terkonfirmasi baru-baru ini.
Kaba membacakan pernyataan bersama dari para pemimpin, mengatakan mereka “mengakui upaya yang dilakukan oleh negara-negara anggota dan komunitas internasional yang telah menyebabkan penurunan angka infeksi dan kematian Ebola”.
Bank Dunia mengatakan pada bulan Januari bahwa kerugian ekonomi akibat epidemi ini bisa mencapai USD 6,2 miliar, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar USD 25 miliar.
Namun, epidemi ini “akan terus melumpuhkan perekonomian Guinea, Liberia dan Sierra Leone, bahkan ketika tingkat penularan di ketiga negara tersebut menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang signifikan,” katanya.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan keringanan utang sebesar USD 100 juta untuk ketiga negara tersebut 10 hari yang lalu dan mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan pinjaman lunak lainnya sebesar USD 160 juta.
Para pemimpin sepakat untuk merumuskan rencana pemulihan ekonomi bersama untuk dipresentasikan pada konferensi mengenai Ebola yang akan diadakan oleh Uni Eropa di Brussels pada 3 Maret, kata kepresidenan Guinea dalam sebuah pernyataan.
“Rencana komprehensif ini mencakup topik-topik yang mempengaruhi hampir semua bidang utama pembangunan: pendidikan, pertanian, industri, perdagangan, kesehatan dan aksi sosial yang akan fokus pada isu penanganan anak yatim piatu dan keluarga miskin akibat Ebola,” tambahnya.
Ismail Ould Cheikh Ahmed, kepala Misi Tanggap Darurat Ebola PBB, mengatakan penurunan dramatis infeksi dari puncaknya pada bulan Oktober menunjukkan bahwa “skenario bencana terburuk sekarang tampaknya masih jauh”.
“Jumlah kasus baru per minggu telah menurun dari tingkat yang mengkhawatirkan yaitu hampir 1.000 kasus di bagian terburuk krisis ini menjadi 145 kasus terkonfirmasi dalam seminggu terakhir di ketiga negara tersebut,” katanya.