BEIJING – Para menteri luar negeri Tiongkok dan Jepang mengadakan pembicaraan pada hari Sabtu menjelang pertemuan yang diharapkan antara Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe setelah lebih dari dua tahun membekukan kontak tingkat tinggi.
Ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di Asia terkait pulau-pulau tak berpenghuni telah memicu bentrokan udara dan laut yang meningkatkan kekhawatiran keamanan regional, dan KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation/APEC) yang akan diadakan minggu ini dipandang sebagai peluang untuk meredakan perselisihan tersebut.
Laporan media Jepang mengutip Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida yang mengatakan bahwa dia telah meminta timpalannya dari Tiongkok Wang Yi untuk mengatur pertemuan antara Xi dan Abe pada pertemuan puncak APEC pada hari Senin dan Selasa. Kantor Berita Kyodo mengatakan pertemuan tersebut belum diselesaikan.
Pembicaraan antara Kishida dan Wang merupakan pertemuan pertama para menteri luar negeri sejak September 2012. Pembicaraan tersebut dilakukan sehari setelah kedua pihak mengeluarkan pernyataan bersama yang mengatakan mereka setuju untuk melanjutkan perundingan politik, diplomatik dan keamanan secara bertahap. Tiongkok telah membekukan kontak tingkat tinggi di tengah sengketa pulau dan isu-isu kontroversial lainnya.
Pernyataan hari Jumat mencatat bahwa kedua pihak mengakui “posisi berbeda” mereka di pulau-pulau tersebut, yang disebut Diaoyu oleh Tiongkok dan Senkaku oleh Jepang. Meskipun Jepang menolak permintaan Tiongkok untuk mengakui kedaulatan pulau-pulau tersebut dalam sengketa, pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa Tokyo setidaknya bersedia mengakui adanya perbedaan pandangan.
Ketika ditanya sebelumnya pada hari Sabtu untuk mengkonfirmasi pertemuan Abe-Xi, Wang mengatakan Tiongkok mengharapkan Jepang untuk tetap berpegang pada semangat pernyataan hari Jumat tersebut.
“Kami berharap pihak Jepang akan memperlakukan konsensus ini dengan serius, dengan setia melaksanakan komitmennya dan menciptakan suasana yang menguntungkan untuk pertemuan antara kedua pemimpin,” kata Wang kepada wartawan.
Juga di Beijing, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan Washington menyambut baik peningkatan hubungan bilateral, namun mengatakan membangun kembali hubungan akan membutuhkan waktu.
“Kami berpendapat bahwa langkah apa pun yang dapat diambil kedua negara untuk meningkatkan hubungan dan mengurangi ketegangan tidak hanya bermanfaat bagi kedua negara, namun juga bermanfaat bagi kawasan,” kata Kerry.
Pernyataan Tiongkok-Jepang menyatakan bahwa kedua pihak sepakat untuk mengadakan dialog dan konsultasi untuk mencegah perselisihan pulau semakin memburuk dan untuk memperkenalkan mekanisme manajemen krisis.
Tiongkok marah atas tindakan Jepang yang menasionalisasi pulau-pulau tersebut pada tahun 2012, yang memicu protes keras anti-Jepang dan mendorong Tiongkok mengirimkan kapal patroli untuk menghadapi kapal penjaga pantai Jepang di perairan sekitar. Tiongkok juga sangat keberatan dengan kunjungan Abe tahun lalu ke Kuil Yasukuni di Tokyo, yang merupakan tempat penghormatan terhadap peti perang negara tersebut, termasuk penjahat perang yang dieksekusi.
Tiongkok telah mendesak komitmen Abe untuk tidak mengunjungi Yasukuni, yang dianggap sebagai monumen agresi Jepang pada abad ke-20 terhadap Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya.
Selain kekhawatiran akan terjadinya konfrontasi bersenjata, perselisihan ini juga menjadi penyebab berkurangnya investasi Jepang di Tiongkok sebesar hampir 50 persen pada paruh pertama tahun ini.