KOLOMBO: Manifesto Aliansi Nasional Tamil (TNA) untuk pemilihan parlemen Sri Lanka pada 17 Agustus telah menjadi isu besar di kalangan mayoritas Sinhala di negara kepulauan tersebut.

Tuntutan TNA untuk “penentuan nasib sendiri dalam negara Sri Lanka yang bersatu namun federal” ditafsirkan sebagai batu loncatan menuju Tamil Eelam yang merdeka. TNA menginginkan tanggal 13. Amandemen terhadap konstitusi Sri Lanka harus dihapuskan dan diganti dengan amandemen yang memastikan adanya struktur federal dengan devolusi atau kekuasaan yang lebih besar kepada provinsi.

Partai-partai yang tergabung dalam Aliansi Kebebasan Rakyat Bersatu (UPFA) yang dipimpin oleh mantan Presiden Mahinda Rajapaksa tidak hanya mengungkapkan ketakutannya terhadap separatisme Tamil, namun juga meminta partai-partai Sinhala yang bersahabat dengan TNA untuk mengubah pendirian mereka terhadap manifesto yang dijelaskan tersebut.

Kandidat UPFA Tissa Attanayake menyebut manifesto TNA sebagai “ancaman keamanan nasional”. UPFA sedang mencoba untuk mencoreng Front Persatuan Nasional untuk Pemerintahan yang Baik (UNFGG) yang dipimpin oleh Partai Persatuan Nasional (UNP) sebagai kelompok “anti-nasional” yang perlu disingkirkan. UPFA berharap manifesto TNA akan memungkinkannya memperkuat pengaruhnya terhadap komunitas Buddha Sinhala, yang sangat mendukungnya dalam pemilihan presiden tanggal 8 Januari.

Kampanye UPFA yang gencar memaksa Perdana Menteri dan pemimpin UNP Ranil Wickremesinghe untuk menyatakan bahwa partainya ingin “menyerahkan kekuasaan ke provinsi-provinsi dalam konstitusi kesatuan dan bukan konstitusi federal.”

Penggabungan Utara dan Timur

Aspek kontroversial lainnya dari manifesto TNA adalah tuntutannya untuk menyatukan kembali Provinsi Utara dan Timur yang berbahasa Tamil untuk membentuk satu Provinsi Timur Laut sesuai Perjanjian Indo-Lanka pada bulan Juli 1987. Partai-partai Muslim kecewa dengan hal ini karena Umat ​​Islam akan menjadi minoritas yang tidak berarti di provinsi Timur Laut yang bersatu. Umat ​​Islam berjumlah cukup besar di Provinsi Timur. Sejauh ini, dua dari tiga Ketua Menteri di Timur adalah Muslim.

Jika UNFGG tidak memperjelas posisinya mengenai isu merger, sebagian umat Islam di Timur dapat memilih UPFA yang memisahkan Utara dan Timur dengan mendapatkan perintah Mahkamah Agung pada tahun 2006.

Namun, juru bicara TNA Suresh Premachandran mengatakan bahwa manifesto partai tersebut tidak menyatakan apa pun yang tidak disebutkan dalam manifesto sebelumnya. “Kami hanya menegaskan kembali posisi kami yang diketahui bahwa Tamil mengupayakan devolusi kekuasaan di Sri Lanka yang bersatu namun federal.”

uni togel