WASHINGTON: Dinas tempur merupakan prediktor kuat terjadinya gagal jantung, menurut sebuah penelitian baru di AS yang menemukan bahwa para veteran yang memiliki pengalaman di medan perang lima kali lebih mungkin mengalami gagal jantung dibandingkan mereka yang belum pernah ikut berperang.

Para peneliti juga menemukan bahwa veteran dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) mungkin memiliki peningkatan risiko gagal jantung hampir 50 persen.

Penelitian terhadap lebih dari 8.000 veteran yang tinggal di Hawaii dan Kepulauan Pasifik menambah semakin banyak bukti yang menghubungkan PTSD dan penyakit jantung, kata para peneliti.

Penelitian hingga saat ini—termasuk temuan terbaru tersebut—tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat yang jelas. Namun sebagian besar ahli percaya bahwa PTSD, seperti bentuk stres atau kecemasan kronis lainnya, dapat merusak jantung seiring berjalannya waktu.

“Ada banyak teori tentang bagaimana sebenarnya PTSD berkontribusi terhadap penyakit jantung. Secara umum, bukti hingga saat ini tampaknya menunjukkan arah hubungan sebab akibat,” kata Dr. Alyssa Mansfield, salah satu penulis studi tersebut.

Mansfield adalah penulis senior penelitian ini saat berada di Divisi Kepulauan Pasifik dari Pusat Nasional PTSD di Departemen Urusan Veteran (VA).

Studi ini melacak 8.248 veteran yang menjalani rawat jalan di sistem VA Kepulauan Pasifik. Para peneliti mengikuti mereka rata-rata selama lebih dari tujuh tahun.

Mereka yang didiagnosis PTSD memiliki kemungkinan 47 persen lebih besar mengalami gagal jantung selama masa tindak lanjut. Para peneliti mengontrol perbedaan antara kelompok dalam faktor kesehatan dan demografi.

Dari total kelompok studi, sekitar 21 persen didiagnosis menderita PTSD. Dari total 371 kasus gagal jantung selama penelitian, 287 kasus terjadi pada kelompok penderita PTSD, sedangkan hanya 84 kasus terjadi pada kelompok tanpa PTSD.

Dinas tempur, baik yang mengarah pada diagnosis PTSD sepenuhnya atau tidak, merupakan prediktor kuat terjadinya gagal jantung.

Para veteran yang memiliki pengalaman tempur lima kali lebih mungkin mengalami gagal jantung selama masa penelitian, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah terlibat dalam pertempuran.

Penulis penelitian mengatakan mereka tidak memiliki akses terhadap data lengkap yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang hubungan PTSD dan penyakit jantung.

Misalnya, mereka tidak dapat membedakan data antara mereka yang bertugas di Teluk selama tahun 1990 dan 1991, dan mereka yang bertugas baru-baru ini di Irak atau Afghanistan.

Mereka juga tidak dapat menganalisis apakah identitas ras atau etnis berperan dalam beberapa hal, karena informasi tersebut tidak lengkap bagi sebagian besar veteran dalam penelitian ini.

Temuan ini muncul di American Journal of Public Health.

unitogel