JAKARTA: Kopilot Prancis mengendalikan pesawat AirAsia ketika jatuh ke laut bulan lalu setelah terbang melalui area awan tinggi, menewaskan 162 orang di dalamnya, kata penyelidik hari ini.
Pengumuman itu muncul ketika para nelayan menemukan dua jenazah lagi dari kecelakaan itu di perairan pulau Sulawesi di Indonesia tengah, sekitar 1.000 kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat, kata seorang pejabat pencarian dan penyelamatan.
Penerbangan QZ8501 jatuh di Laut Jawa dalam cuaca badai pada tanggal 28 Desember dalam perjalanan singkat dari kota Surabaya di Indonesia ke Singapura. Sejauh ini baru 72 jenazah yang ditemukan.
Hari ini, Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia, yang menganalisis kotak hitam pesawat, mengatakan bahwa sebelum kecelakaan, pesawat tersebut mendaki dengan cepat di area yang penuh dengan cumulonimbus – awan besar yang coba dihindari oleh pilot. Mereka juga mengungkapkan bahwa kopilot Airbus A320-200 yang kurang berpengalaman asal Prancis, Remi Plesel, yang menerbangkan pesawat tersebut ketika jatuh, dibandingkan Kapten Iriyanto, mantan pilot pesawat tempur yang memiliki waktu terbang sekitar 20.000 jam.
“Orang yang memegang komando kedua adalah pilot yang terbang,” kata kepala penyidik Mardjono Siswosuwarno kepada wartawan di Jakarta, sambil merilis rincian laporan awal mengenai kecelakaan itu. Dia mengatakan kapten duduk di sebelah kiri dan bertindak sebagai “pilot pemantau”. Gerry Soejatman, seorang analis penerbangan independen di Jakarta, mengatakan meskipun tidak ada yang aneh dengan kopilot yang memegang kendali, pertanyaannya adalah apakah kapten mengambil keputusan yang tepat ketika pesawat mengalami masalah.
“Kapten punya pilihan apakah dia ingin membiarkan kopilot terus terbang dan dia yang melakukan pemecahan masalah, atau dia mengambil kendali pesawat dan membiarkan kopilot melakukan pemecahan masalah,” katanya kepada AFP. Dia mengatakan masih belum jelas apakah pilot membuat pilihan yang tepat sampai analisis lebih lanjut terhadap kotak hitam pesawat – perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit – selesai dan dipublikasikan.
Komentar penyidik bahwa pesawat naik tajam sebelum jatuh, senada dengan komentar Menteri Perhubungan Ignasius Jonan pekan lalu. Dalam 30 detik, ia naik dari ketinggian 32.000 kaki menjadi 37.400 kaki, lalu turun menjadi 32.000 kaki, sebelum jatuh sekitar tiga menit ketika kotak hitam berhenti, kata penyidik Ertata Lananggalih. Komite transportasi juga mengatakan awan kumulonimbus di daerah tersebut mencapai ketinggian hingga 44.000 kaki pada saat kecelakaan terjadi, meskipun mereka menolak mengatakan apakah pesawat terbang langsung ke arah awan tersebut.