LONDON: Organisasi teror Negara Islam (ISIS) berencana memperkenalkan mata uangnya sendiri dan membawa kembali koin emas dan perak murni, menurut laporan media.
Hal ini diyakini sebagai bagian dari upaya ISIS untuk mendapatkan legitimasi dan mengkonsolidasikan dominasinya.
Para militan ingin mengembalikan dinar asli, yang merupakan mata uang dari era Islam kuno, dan otoritas agama di Irak dilaporkan telah mengumumkan pengembalian mata uang tersebut ke masjid, Daily Mail melaporkan pada hari Senin.
Dinar aslinya adalah koin emas yang setara dengan 4,3 gram emas. Mitra peraknya, yang dikenal sebagai dirham, adalah koin perak yang beratnya setara dengan 3 gram perak.
Keduanya berbentuk bulat dan satu sisi koin biasanya dicap dengan pesan Islam, sementara sisi lainnya menampilkan tanggal pencetakan dan penguasa negara.
Koin emas dan perak asli pertama kali diperkenalkan pada masa Kekhalifahan Utsman pada tahun 634 M.
Dinar digunakan oleh sejumlah negara saat ini, namun koin tersebut terbuat dari bahan yang berbeda dari aslinya.
ISIS diyakini ingin menggunakan mata uang independen tersebut di wilayah yang dikuasainya sebagai bagian dari perang melawan Barat, meskipun kelompok teror tersebut belum mengkonfirmasi hal ini.
Bulan lalu diketahui bahwa ISIS meraup uang dengan jumlah yang luar biasa, dengan menghasilkan sekitar $1 juta per hari dari penjualan minyak di pasar gelap saja.
Kelompok ini mengekstraksi minyak dari wilayah yang direbut di Suriah dan Irak dan menjualnya kepada penyelundup.
David Cohen, yang memimpin upaya Departemen Keuangan AS untuk melemahkan keuangan ISIS, mengatakan para ekstremis juga menerima beberapa juta dolar sebulan dari donor kaya, pemerasan, dan kegiatan kriminal lainnya, seperti merampok bank.
Selain itu, dia mengatakan kelompok tersebut telah menerima setidaknya $20 juta pembayaran uang tebusan dari penculikan tahun ini.
ISIS adalah organisasi jihad Sunni dan pada bulan Juni lalu mendeklarasikan “kekhalifahan” di wilayah yang dikuasainya di Irak dan Suriah. Kelompok ini telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh PBB dan Uni Eropa (UE).
Dahulu disebut Negara Islam Irak dan Levant (ISIL), tujuan awalnya adalah mendirikan negara Islam di wilayah mayoritas Sunni di Irak. Kelompok ini kemudian memperluas tujuannya dengan mencakup wilayah mayoritas Sunni di Suriah yang ingin mereka kendalikan.
Pada tanggal 29 Juni, mereka memproklamirkan “kekhalifahan” di bawah pemimpinnya Abu Bakr al-Baghdadi dan kelompok tersebut berganti nama menjadi Negara Islam.
Empat hari yang lalu, laporan mengatakan al-Baghdadi terluka dalam serangan udara pasukan koalisi pimpinan AS, namun belum ada konfirmasi sejak saat itu.