WASHINGTON: Presiden Barack Obama telah mendesak Kongres untuk mengesahkan tindakan militer terhadap militan Negara Islam (ISIS) yang menguasai wilayah Timur Tengah, dan bersumpah bahwa pasukan mereka “akan kalah”.

Namun, ia mengesampingkan operasi tempur darat berskala besar yang mirip dengan yang dilakukan AS di Irak dan Afghanistan.

“Saya yakin bahwa Amerika Serikat tidak boleh terseret kembali ke dalam perang darat yang berlarut-larut,” kata presiden tersebut di Gedung Putih kemarin saat ia mengarahkan Kongres menuju kekuatan perang pertamanya dalam 13 tahun.

Terlepas dari pernyataannya yang meyakinkan, reaksi awal di Kongres adalah skeptisisme bipartisan, dengan sebagian besar ketidakpuasan berpusat pada upayanya untuk menemukan jalan tengah politik mengenai pasukan darat.

Partai Republik menyatakan ketidaksenangannya karena ia memilih untuk mengesampingkan komitmen jangka panjang pasukan darat, sementara beberapa anggota Partai Demokrat menyatakan kekecewaannya karena ia membuka pintu bagi penempatan pasukan darat.

Senator John McCain, seorang tokoh Partai Republik, juga mengatakan Obama telah menghentikan dukungan udara bagi pemberontak yang dilatih AS untuk melawan Presiden Suriah Bashar Assad, dan menambahkan: “Itu tidak bermoral.”

Berdasarkan usulan Obama, penggunaan kekuatan militer terhadap pejuang ISIS akan diizinkan selama tiga tahun, tidak dibatasi oleh batas negara. Pertarungan ini dapat diperluas ke “entitas penerus yang terkait erat” dengan organisasi ISIS yang telah menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah, menerapkan hukum Syariah yang ketat dan menewaskan beberapa sandera, termasuk warga Amerika.

“Jangan salah. Ini adalah misi yang sulit,” kata Obama ketika ia mengambil tindakan terhadap kelompok yang menurutnya mengancam keamanan Amerika sendiri. Ia mengatakan, perlu waktu untuk mengusir para teroris, terutama dari wilayah perkotaan. “Tetapi koalisi kami sedang menyerang. ISIS berada pada posisi defensif, dan ISIS akan kalah.”

Otorisasi Kongres pada tahun 2002 yang mendahului invasi pimpinan AS ke Irak akan dicabut berdasarkan proposal Gedung Putih, sebuah tindakan yang tidak disukai oleh sebagian anggota Partai Republik. Namun otorisasi terpisah yang disahkan oleh Kongres setelah serangan teroris 11 September 2001 akan tetap berlaku, yang membuat beberapa anggota Partai Demokrat khawatir.

Inti dari perdebatan ini adalah perjuangan untuk menentukan peran pasukan darat AS yang mungkin akan menentukan hasil dari permintaan undang-undang yang diajukan pemerintah.

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan usulan tersebut sengaja dibuat ambigu untuk memberikan fleksibilitas kepada presiden, meskipun pendekatan tersebut juga merupakan upaya untuk menjembatani perpecahan yang mendalam di Kongres.

SDy Hari Ini