COLOMBO: Dame Silvia Cartwright dari Selandia Baru, yang merupakan hakim di Pengadilan Kejahatan Perang Khmer Merah, akan menjadi salah satu dari dua penyelidik PBB yang menyelidiki situasi hak asasi manusia di Sri Lanka sebagai tindak lanjut dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB ( UNHRC). ) resolusi Maret tahun ini, sumber di PBB mengkonfirmasi pada hari Senin.

“Nama kedua belum dapat dikonfirmasi namun kemungkinan besar adalah warga Sudan,” kata seorang pejabat kepada Express.

Navi Pillay, Komisaris Hak Asasi Manusia PBB, Hugh, akan mengumumkan tim beranggotakan dua orang itu pada hari Selasa, kata sumber.

Dame Silvia dan rekannya akan menyelesaikan penyelidikan dalam jangka waktu 10 bulan.

Daily Financial Times Kolombo melaporkan pada hari Senin bahwa staf senior PBB Sandra Beidas akan memimpin tim staf Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (OHCHR), juru bicara kantor tersebut mengkonfirmasi.

Jika tim PBB tidak diizinkan masuk ke Sri Lanka, seperti yang ditunjukkan oleh pemerintah Lanka, tim beranggotakan dua orang tersebut akan mengumpulkan informasi dari luar negeri dan menyampaikan laporan, seperti yang dilakukan panel Mazruki Darussman di Sekretaris Jenderal PBB pada tahun 2011. . “Mereka sudah mengumpulkan banyak informasi. Yang mereka butuhkan hanyalah memperbarui informasi,” kata sumber itu.

Sementara itu, PTI melaporkan dari Kolombo bahwa panel yang menyelidiki kasus ribuan orang hilang selama perang dengan LTTE telah mencatat bukti sehubungan dengan pembantaian lebih dari 100 Muslim pada tahun 1990 yang diduga dilakukan oleh Macan Tamil.

Panel yang ditunjuk pemerintah, selama persidangannya di Provinsi Timur, mencatat kesaksian dari masyarakat tentang pembantaian di Kurukkalmadam, di mana LTTE diduga membunuh 163 Muslim pada tahun 1990.

Para pejabat mengatakan setidaknya 195 pengajuan dan 216 pengaduan baru dibuat selama putaran keempat dengar pendapat publik di Batticaloa pada akhir pekan.

Selama tiga bulan pertama tahun ini, komisi tersebut mengadakan dengar pendapat publik di Killinochchi, Jaffna di utara dan Batticaloa di timur. Sejauh ini, 18.590 pengaduan telah diterima, termasuk sekitar 5.000 pengaduan dari anggota keluarga aparat keamanan yang hilang. Komisi tersebut sejauh ini telah menyelidiki 462 pengaduan, yang sedang dianalisis oleh tim independen untuk penyelidikan lebih lanjut.

Sri Lanka, yang berada di bawah tekanan internasional atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia selama perang dengan LTTE, telah membentuk sebuah komisi untuk menyelidiki kasus ribuan orang hilang. Pembentukan panel tersebut merupakan konsekuensi dari rekomendasi LLRC.

judi bola terpercaya