COLOMBO: Pembicaraan antara India dan Sri Lanka mengenai perikanan di Teluk Palk dan Selat Palk, yang akan diadakan di Chennai pada tanggal 5 Maret, telah ditunda tanpa batas waktu karena pemerintah Lanka sedang sibuk dengan masalah lain yang lebih mendesak, Direktur Jenderal Perikanan kata Nimal Hettiarachchi, kepada Express di sini, Senin.

“Menteri Perikanan Dilip Wedaarachchi harus meminta penundaan karena pemerintah sibuk melaksanakan program 100 hari setelah pemilihan presiden dan untuk mencabut larangan Uni Eropa membeli ikan dari Lanka,” jelas Hettiarachchi.

“Tanggal baru untuk perundingan akan ditetapkan, dengan mempertimbangkan kenyamanan bersama,” kata pejabat itu.

Ketika ditanya mengenai kebijakan apa yang akan diambil pemerintah Lanka dalam perundingan tersebut, Hettiarachchi mengatakan bahwa para nelayan di Lanka Utara ingin pemerintah memberitahu India dengan tegas bahwa Lanka tidak akan mengizinkan kapal penangkap ikan India melintasi Garis Batas Maritim Internasional (IMBL). Mereka menginginkan jaminan dari India bahwa para nelayan India akan menolak penggunaan kapal pukat dan metode penangkapan ikan yang merusak lainnya.

“Tetapi orang-orang India membutuhkan waktu untuk beralih ke tempat penangkapan ikan lain atau menggunakan metode penangkapan ikan lainnya. Pemerintah Lanka merasa hal ini dapat didiskusikan,” tambah Hettiarachchi.

Perundingan perikanan putaran pertama dan kedua diadakan di Chennai dan Kolombo masing-masing pada tanggal 27 Januari dan 12 Mei 2014, mengikuti inisiatif yang diambil oleh mantan Ketua Menteri Tamil Nadu J Jayalalithaa.

Sebelumnya pada bulan Februari, Menteri Perikanan Tamil Nadu S Vijayakumar telah menulis surat kepada Suchitra Durai, Sekretaris Gabungan, Kementerian Luar Negeri, memintanya untuk mendapatkan persetujuan Pusat untuk melakukan pembicaraan di Chennai secepatnya. Tanggal 5 Maret ditetapkan untuk pembicaraan.

Larangan UE menyakitkan

Sementara itu, larangan UE terhadap pembelian ikan Lanka mulai menarik perhatian Kolombo karena UE menyumbang 40 persen ekspor ikan Lanka dan 32 persen dari keseluruhan ekspornya. Larangan ini diberlakukan untuk menghukum Lanka karena terlibat dalam penangkapan ikan ilegal dan tidak diatur di perairan internasional.

Pada tahun 2014, pemerintah Rajapaksa mengizinkan delapan kapal Purse Seiner berkapasitas tinggi buatan dan milik Tiongkok untuk menangkap ikan atas nama Lanka. Tapi hal itu tidak perlu menghancurkan kehidupan laut. Nelayan di Lanka telah melanggar norma-norma lain. Pemerintah Sirisena ingin agar larangan Uni Eropa dicabut dan telah memperkenalkan undang-undang untuk mengatur penangkapan ikan.

Situs Judi Casino Online