KOLOMBO: India telah mengatakan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) di Jenewa bahwa Sri Lanka akan mampu mengatasi masalah akuntabilitas masa perang yang serius jika negara tersebut mengalihkan kekuasaan ke provinsi-provinsi berbahasa Tamil berdasarkan amandemen ke-13 konstitusi Lanka, dan pindah dengan cepat menemukan solusi politik terhadap masalah Tamil.

“Pandangan kami adalah bahwa kemajuan awal dalam devolusi dan penyelesaian politik dalam SL akan membuka jalan bagi penyelesaian masalah akuntabilitas yang lebih berkelanjutan, demi kepuasan bersama dari pihak-pihak terkait,” kata duta besar India untuk PBB di Jenewa pada bulan September dikatakan. 25.

“India tetap terlibat dengan pemerintah dan partai politik di Sri Lanka. India menekankan perlunya solusi politik yang memenuhi aspirasi komunitas Tamil akan kesetaraan, martabat, keadilan dan harga diri dalam kerangka persatuan Sri Lanka. India juga mendesak semua pemangku kepentingan di SL untuk terlibat secara konstruktif, dalam semangat kemitraan dan akomodasi bersama, untuk menemukan solusi politik berdasarkan Amandemen ke-13 Konstitusi Sri Lanka.

“Kami mengulangi seruan kami agar semua rekomendasi konstruktif yang terkandung dalam laporan Komisi Pembelajaran dan Rekonsiliasi (LLRC) diimplementasikan secara efektif dan tepat waktu, termasuk rekomendasi yang berkaitan dengan orang hilang, tahanan, pengurangan ‘zona keamanan tinggi’, pengembalian tanah pribadi. oleh militer dan penarikan pasukan keamanan dari wilayah sipil di Provinsi Utara,” kata duta besar.

Nasihat untuk PBB

Namun, ia menekankan bahwa India menyatakan “dengan prihatin bahwa Komisaris Tinggi belum mengindikasikan bagaimana ia bermaksud melanjutkan penyelidikannya karena tidak adanya kerja sama dari negara terkait. Komposisi tim investigasi, metodologi kerja dan sumber pendanaan juga tidak diberitahukan kepada Dewan ini.”

Utusan tersebut menyampaikan presentasinya mengenai pembaruan lisan dari Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia mengenai implementasi resolusi bertajuk ‘Mempromosikan rekonsiliasi, akuntabilitas dan hak asasi manusia di Sri Lanka’, yang diadopsi oleh UNHRC pada bulan Maret tahun ini.

Investigasi yang tidak beralasan

Dua puluh dua negara berkembang yang tergabung dalam Like Minded Group (LMG) di Jenewa mengatakan dalam pernyataan bersama yang dibuat oleh ketuanya, Mesir, pada tanggal 25 September bahwa Kelompok tersebut “percaya bahwa mandat yang diberikan kepada Kantor Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia” sangat mengganggu. (OHCHR) untuk melakukan investigasi terhadap Sri Lanka adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan, terutama dalam konteks dimana negara tersebut melaksanakan proses domestiknya sendiri”.

Pernyataan tersebut lebih lanjut mengatakan bahwa resolusi-resolusi berturut-turut mengenai Lanka belum mendapatkan konsensus dari para anggota Dewan dan bahwa komunitas internasional harus berhati-hati agar tidak membahayakan proses rekonsiliasi yang sudah berjalan di Lanka.

Togel Singapura