BANGKOK: Lebih dari 500 warga Indonesia telah bergabung dengan kelompok teror Negara Islam (ISIS) di Irak dan Suriah, sementara pihak berwenang tidak melakukan tindakan pencegahan, menurut badan Muslim terbesar di negara itu, media melaporkan pada hari Jumat.
“Setidaknya 514,” kata Said Aqil Siraj, ketua Nadhlatul Ulama, kepada kompas.com, mengacu pada jumlah orang yang bergabung dengan ISIS, setelah pertemuan dengan Presiden Indonesia Joko Widodo pada hari Kamis.
Siraj mengatakan presiden tidak mengomentari meningkatnya jumlah warga Indonesia yang bergabung dengan kelompok jihad, menurut surat kabar Jakarta Post.
Sebuah laporan dari badan intelijen negara tersebut mengungkapkan adanya jaringan bawah tanah, yang tersebar di seluruh negeri, untuk merekrut dan mengindoktrinasi orang-orang yang bergabung dengan ISIS, meskipun ada larangan resmi terhadap aktivitas tersebut.
Presiden telah meminta dukungan dari Ikhwanul Muslimin untuk melawan radikalisme, dan mengancam akan mengkriminalisasi dukungan terhadap ISIS dan mencabut kewarganegaraan mereka yang dinyatakan bersalah karena tidak mematuhi perintah tersebut.
Sebagian besar negara Islam telah meminta presiden untuk membawa Indonesia ke garis depan dalam memerangi ISIS dan radikalisme, menurut Siraj.
Indonesia diketahui memiliki jumlah umat Islam terbesar di dunia — lebih dari 200 juta jiwa — yang sebagian besar beragama Sunni.
BANGKOK: Lebih dari 500 warga Indonesia telah bergabung dengan kelompok teror Negara Islam (ISIS) di Irak dan Suriah, sementara pihak berwenang tidak melakukan tindakan pencegahan, menurut badan Muslim terbesar di negara itu, media melaporkan pada hari Jumat.” Kata Aqil Siraj, ketua Nadhlatul Ulama, kepada kompas.com, merujuk pada jumlah orang yang bergabung dengan ISIS, usai pertemuan pada Kamis dengan Presiden Indonesia Joko Widodo. Siraj mengatakan, presiden tidak berkomentar mengenai peningkatan jumlah tersebut. jumlah warga Indonesia yang telah bergabung dengan kelompok jihad, menurut surat kabar Jakarta Post. Sebuah laporan dari badan intelijen negara tersebut mengungkapkan keberadaan jaringan bawah tanah, yang telah tersebar di seluruh negeri. meskipun ada larangan resmi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Presiden meminta dukungan dari organisasi Muslim untuk melawan radikalisme, dan mengancam akan mengkriminalisasi dukungan terhadap ISIS dan kewarganegaraan mereka yang dinyatakan bersalah karena tidak mematuhi kebijakan tersebut. Sebagian besar negara-negara Islam telah meminta presiden untuk pindah. Indonesia menjadi garda terdepan dalam melawan ISIS dan radikalisme, menurut Siraj. Indonesia dikenal memiliki jumlah umat Islam terbesar di dunia — lebih dari 200 juta jiwa — yang sebagian besar beragama Sunni.