Rusia tidak siap untuk merundingkan pengurangan nuklir bilateral lebih lanjut dengan AS sampai negara-negara nuklir lainnya ikut serta dalam proses tersebut, kata Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov.

“Kita tidak bisa terus-menerus bernegosiasi dengan AS mengenai pengurangan dan pembatasan senjata nuklir sementara beberapa negara lain memperkuat kemampuan nuklir dan rudal mereka,” kata Ryabkov kepada radio Voice of Russia pada hari Senin.

“Menjadikan perlucutan senjata nuklir sebagai proses multilateral menjadi sebuah prioritas,” katanya.

Ryabkov menambahkan bahwa Rusia tidak pernah menghindari diskusi mengenai perlucutan senjata nuklir total, atau “nuklir nol”, namun hal tersebut tidak boleh menjadi tujuan mutlak, “jika tidak, kita hanya akan merusak fondasi keamanan nasional kita”.

Perjanjian senjata nuklir New START, yang ditandatangani oleh Rusia dan AS pada tahun 2010, membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dikerahkan oleh masing-masing pihak menjadi 1.550, dan jumlah kendaraan pengiriman, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam ( SLBM) dan pembom berkemampuan nuklir, hingga 700.

Menurut laporan yang diterbitkan pada tahun 2011 oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), delapan negara nuklir yang diakui – Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Tiongkok, India, Pakistan dan Israel – memiliki lebih dari 20.500 senjata nuklir.

Sementara itu, India, Pakistan, dan Israel belum menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), yang bertujuan untuk mencegah proliferasi senjata nuklir dan mencapai perlucutan senjata nuklir sepenuhnya.

Secara khusus, laporan tersebut menyatakan bahwa “India dan Pakistan terus mengembangkan sistem rudal balistik dan jelajah baru yang mampu menghasilkan senjata nuklir” dan juga “memperluas kemampuan mereka untuk memproduksi bahan fisil untuk keperluan militer”.

Korea Utara menarik diri dari NPT pada tahun 2003 dan secara terbuka menyatakan bahwa mereka memiliki senjata nuklir pada tahun 2005. Namun, negara ini tidak pernah diakui sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir.

Iran adalah salah satu pihak dalam NPT, namun ditemukan tidak mematuhi perjanjian perlindungan NPT, dan status program nuklirnya masih dalam sengketa.

Iran menegaskan haknya untuk menjalankan program nuklir untuk tujuan damai, namun ada kecurigaan bahwa negara tersebut mungkin sedang mengembangkan senjata nuklirnya sendiri.

SGP Prize