Pada suatu hari polisi Sri Lanka menangkap dua aktivis hak asasi manusia berdasarkan undang-undang anti-terorisme untuk mencegah mereka menyebarkan “ketidakharmonisan masyarakat”, menjelang pemungutan suara mengenai resolusi menentang negara di UNHRC, 17 mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Pemerintahan Dr Ambedkar memulai hukuman tanpa batas waktu. agitasi. menuntut agar Pusat tersebut mengeluarkan resolusinya sendiri terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Lanka.

“Dua orang ditangkap pada Minggu pukul 22.30 terkait ketentuan Undang-Undang Pencegahan Terorisme. Mereka bertindak dengan cara ini untuk mendorong ketidakharmonisan komunal,” kata juru bicara kepolisian di Kolombo.

Penangkapan tersebut terjadi menjelang pertemuan penting Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa akhir bulan ini yang diperkirakan akan menghasilkan resolusi yang disponsori AS terhadap Sri Lanka atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia selama perang etnis dengan pemberontak LTTE.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan para aktivis yang ditangkap adalah Pastor Praveen, Direktur Pusat Perdamaian dan Rekonsiliasi yang berbasis di Jaffna dan Ruki Fernando dari INFORM yang berbasis di Kolombo, sebuah pusat dokumentasi hak asasi manusia. Mereka ditangkap dari kota utara Kilinochchi.

Kepala polisi Kilinochchi mengatakan: “Ruki Fernando dan Pendeta Praveen bertindak mencurigakan saat mengunjungi beberapa keluarga dari mereka yang kehilangan kerabat mereka.”

Resolusi Dewan Hak Asasi Manusia PBB ini merupakan resolusi ketiga dalam beberapa tahun terakhir mengenai akuntabilitas dan rekonsiliasi Sri Lanka dengan minoritas Tamil setelah berakhirnya konflik etnis yang telah berlangsung selama 37 tahun.

Sementara itu, AS pada hari Senin menyatakan keprihatinannya atas penangkapan dua aktivis hak asasi manusia tersebut. “Pemerintah AS prihatin dengan penangkapan dan penahanan beberapa aktivis dan pembela hak asasi manusia terkemuka Sri Lanka selama seminggu terakhir,” demikian pernyataan Kedutaan Besar AS di Kolombo.

“Kami menyerukan kepada pemerintah Sri Lanka untuk memastikan bahwa semua yang ditahan diberikan prosedur hukum yang transparan dan sesuai, termasuk akses penuh terhadap penasihat hukum,” katanya.

“Dengan tindakan ini, kami tetap yakin bahwa penyelidikan lanjutan oleh Dewan Hak Asasi Manusia diperlukan,” tambah pernyataan itu.

Sementara itu, di Chennai, mahasiswa hukum yang melakukan protes menuduh New Delhi gagal mencegah genosida warga Tamil di negara kepulauan itu selama fase terakhir perang dengan LTTE.

“Ini tidak boleh dilanjutkan. Eelam yang terpisah akan menjadi satu-satunya solusi untuk menjamin kehidupan bermartabat warga Tamil di negara tersebut,” tegas mereka.

link demo slot